Masjid yang dikelola warga NU demikian banyak namun kerap tak terurus yang akhirnya menjadi lahan yang empuk bagi kelompok radikal untuk bersarang. Baik dengan cara diserobot tanpa permisi atau juga dengan dalih memakmurkan masjid karena masjidnya merana tiada penghuni.
Patut disayangkan dan sangat dikhawatirkan jika masjid-masjid NU kedepan terus diambil alih kelompok radikal. Tak sedikit masjid NU saat ini telah menjadi habibat kelompok radikal. Yang semula amaliyahnya NU akhirnya sirna karena imam, takmir dan seluruh pengurusnya bukan lagi warga NU.
Keprihatinan semacam ini disebabkan oleh banyak faktor seperti rendahnya pengetahuan warga NU tentang memakmurkan masjid sehingga malas berjamaah dimasjid, minimnya pengetahuan takmir dalam pemberdayaan masjid hingga pengaruh negatif teknologi bagi remaja NU sehingga tidak adanya remaja masjid. Remaja NU asing dengan masjid.
Akibatnya, tidak adanya keseimbangan antara pembangunan dengan pengelolaan. Pembangunan masjid terus menerus tapi pengelolaan dan pemberdayaan jalan ditempat. Atau bahkan keduanya, pembangunan stop dan pengurusnya pensiun alias bubar. Atau pengelola masjid hanya orang-orang itu saja. Generasi tua pengurus masjid habis ditelan usia alias wafat sedangkan yang muda anti masjid. Lebih parah lagi jika masjidnya sudah tidak terurus akhirnya dibongkar atau diserobot kelompok radikal.
Agar masjid NU tetap lestari dan tidak kecolongan diambil alih kelompok radikal, ada beberapa cara yang perlu segera dilakukan warga NU diantaranya:
1. Plangisasi Masjid NU
Saat ini, simbol dan ideologi sangat penting begitupun masjid. Masjid perlu identitas sehingga dikenali oleh warganya. Agar tidak dirampas kelompok radikal maka perlu adanya plang atau simbol NU sehingga nampak bahwa masjid tersebut memiliki militansi ke-NU-an yang kuat. InsyaAllah, kelompok radikal akan minggir minimal tidak akan macam-macam.
2. Memperkuat Amaliyah NU
Tak cukup plang NU tapi juga militansi amaliyah. Perlunya imam dan seluruh pengurus masjid paham tentang ke-NU-an dan Ke-Aswaja-an sehingga saling bekerja sama memaksimalkan amaliyah-amaliyah NU dimasjid. Membuat kajian-kajian Aswaja dan konten tentang Islam moderat ala NU
Masjid jangan sampai vakum apalagi hanya dijadikan sebagai kegiatan shalat Jum'at dan shalat 'id.
Perlunya mengajak masyarakat gemar dengan rutinan amaliyah-amaliyah NU di masjid. Jangan sampai amaliyah rutinan hanya sebatas dirumah-rumah sehingga masjidnya sepi tidak diketahui siapa yang mengisinya. Akan jadi musibah jika tiba-tiba dipakai oleh orang asing yang akhirnya bertola belakang dengan amaliyah NU. Kacau.
3. Pemberdayaan Masjid
Tak cukup hanya amaliyah tapi juga manajemen masjid. Perlu adanya ilmu manajemen melalui pelatihan-pelatihan bagi imam dan takmir bagimana mengelola masjid sesuai dengan modernitas sehingga imam dan takmir selalu up date dan tidak ketinggalan jaman. Sangat disayangkan jika masjidnya megah namun minim kegiatan atau minim jamaah sehingga jamaahnya selalu maju didepan alias jamaah menghilang tidak jelas rimbanya.
Minimnya jamaah inilah yang akan menjadi sasaran menggiurkan bagi kelompok radikal. Mereka akan riang gembira jika masjid tak berpenghuni. Tanpa modal dan tanpa biaya tapi menikmatinya secara cuma-cuma. Bisa langsung membuat kajian dan mempengaruhi masyarakat awam sehingga berubah haluan dan ideologinya.
Peran Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTM NU) sangat penting dalam menjaga dan menyelamatkan masjid NU. Lembaga ini bertanggung jawab merawat eksistensi masjid NU kedepan. LTM harus terus proaktif mengedukasi warga NU tentang pentingnya masjid bagi pemberdayaan umat.
Walau saat ini sudah ada program dan edukasi dari LTM tentang pengelolaan masjid namun manfaatnya masih minim. Masih banyak warga NU belum tersadarkan tentang pentingnya shalat jamaah dimasjid hingga miskin pengetahuan tentang bagaimana mengelola masjid secara maksimal. Masjid hanya dipahami warga NU sebatas untuk shalat dan shalat.
4. Kaderisasi Remaja Masjid
Plang NU, amaliyah hingga pengelolaan belum lengkap jika tidak melibatkan remaja masjid. Remaja NU adalah tulang punggung pejuang NU dimasa mendatang sedangkan masjid adalah basis perjuangannya. Kualitas warga NU bisa dilihat dari masjidnya. Semakin makmur warga NU lahir dan batinnya maka seharusnya makmur pula masjidnya. Jika masjidnya memprihatinkan maka begitu pula kualitas warganya. Jika masjid terlantar berarti warganya juga ikut terlantar.
Pemuda NU sangat penting dididik cinta masjid. Jangan sampai generasi muda NU kehilangan ruhnya alias jauh dari masjid. Bagaimana jadinya NU mendatang jika generasi-generasinya tak kenal lagi dengan masjid. Perlunya para kiai dan kaum santri yang dianggap ahli agama terus mengedukasi masyarakat luas dengan penuh hikmah dan kelembutan agar senantiasa tergerak untuk memakmurkan masjid.
Ajak dan berikan teladan kepada anak-anak sejak dini agar gemar kemasjid dengan penuh kasih sayang. Jadikan masjid sebagai tempat yang menyenangkan bukan tempat yang angker dan menakutkan. Jika pesantren adalah basis bagi santri pondok maka masjid adalah basisnya santri kampung. Sama-sama penting bagi kemaslahatan umat.
Mari berdayakan masjid kita, masjid NU. Jangan terlantarkan masjid kita yang akhirnya menjadi aset milik orang lain. Jika masjid kita terus terlantar, jangan kaget jika dari masjid kita nanti akan terdengar suara teriakan "bid'ah", "kafir", "syirik", "penyembah kubur", "tegakkan khilafah", "NKRI thaghut" dan "NKRI rezim kafir". Naudzu billah.
Oleh : Suryono Zakka, Aswaja Sumsel