• Assalamu'alaikum Wr. Wb.

    Selamat Datang di Blog SITE SMP Islam Watulimo, Semoga membawa Kemanfaatan Untuk Kita Semuanya ...

  • Tim Paduan Suara HSN 2018

    Tim Paduan Suara SMP Islam Watulimo pada Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2018

  • TIM PADUAN SUARA

    Tim Paduan Suara SMP Islam Watulimo pada acara APEL AKBAR Ansor-Banser Kabupaten Trenggalek

  • Lomba Jelajah Santri 2018

    Lomba Jelajah Santri Satuan Komunitas Pramuka Ma'arif NU Tingkat Jawa Timur Tahun 2018 di Bumi Perkemahan Serut Kabupaten Blitar.

  • LJS3-T 2019

    Juara Umum 3 Putri LJS3-T Tahun 2019 SAKO Ma'arif NU Kwarcab Trenggalek.

  • Bersama Masyayikh

    Bersama Masyayikh pada Kegiatan Pawai Ta'aruf dalam Rangka Hari Santri Nasional Tahun 2018 di Guwo Lowo.

Rabu, 14 Agustus 2019

TATA UPACARA PRAMUKA PENGGALANG

Tata Cara Upacara Pembukaan & Penutupan Latihan Pramuka Penggalang


UPACARA PEMBUKAAN LATIHAN

Perlengkapan upacara:
  1. Bendera Merah Putih
  2. Tiang Bendera (tongkat restok disambung tiga dengan tali rami)
  3. Teks Pancasila
  4. Teks Dasadarma
Pelaksana upacara:
  1. Pemimpin upacara (Pratama)    : 1 orang
  2. Pembina upacara                        : 1 orang
  3. Pengibar Bendera                       : 3 orang
  4. Pembaca Dasadarma                  : 1 orang
Persiapan:
  1. Pemeriksaan kerapian, absensi, oleh masing-masing pimpinan Regu.
  2. Pembagian tugas pelaksana dan persiapan perlengkapan upacara oleh regu yang bertugas.
  3. Pratama membentuk barisan angkare dan memeriksa kerapian barisan upacara.
Pelaksanaan Upacara Pembukaan Latihan:
  1. Laporan masing-masing Pimpinan regu kepada Pratama (sebelum laporan, Pinru paling kanan memimpin penghormatan kepada Pratama).
  2. Pratama menjemput Pembina Upacara sekaligus laporan bahwa upacara siap dilaksanakan.
  3. Pembina Upacara mengambil tempat di samping kanan belakang tiang bendera dan Pembantu Pembina berada dibelakang Pembina Upacara dalam bentuk barisan bersaf.
  4. Pembina Upacara melangkah satu langkah, penghormatan dipimpin oleh Pratama dan diikuti seluruh perserta upacara.
  5. Pratama menyerahkan Pasukan kepada Pembina Upacara, dan kembali ke tempatnya/ regunya.
  6. Pengibaran Bendera Merah Putih oleh petugas bendera, penghormatan dipimpin oleh Pembina Upacara.
  7. Pembacaan teks Pancasila oleh Pembina Upacara.
  8. Pembacaan Dasadarma oleh yang bertugas.
  9. Kata pengantar dari Pembina Upacara tentang tema atau acara latihan.
  10. Doa dipimpin oleh Pembina Upacara.
  11. Pasukan diserahkan kepada Pratama, penghormatan kepada Pembina Upacara dipimpin oleh Pratama.
  12. Pembina Upacara meninggalkan lapangan upacara dan mengucapkan terima kasih kepada Pembantu Pembina.
  13. Pratama membubarkan barisan upacara untuk mengikuti latihan.



UPACARA  PENUTUPAN LATIHAN


Perlengkapan upacara:
  1. Bendera Merah Putih
  2. Tiang Bendera (tongkat restok disambung tiga dengan tali rami)
Pelaksana upacara:
  1. Pemimpin upacara (Pratama)   : 1 orang
  2. Pembina upacara                       : 1 orang
  3. Penurun Bendera                       : 3 orang
Persiapan:
  1. Pemeriksaan kerapian oleh masing-masing pimpinan Regu.
  2. Pembagian tugas pelaksana dan persiapan perlengkapan upacara oleh regu yang bertugas.
  3. Pratama membentuk barisan angkare dan memeriksa kerapian barisan upacara.
Pelaksanaan Upacara Pembukaan Latihan:
  1. Laporan masing-masing Pimpinan regu kepada Pratama (sebelum laporan, Pinru paling kanan memimpin penghormatan kepada Pratama).
  2. Pratama menjemput Pembina Upacara sekaligus laporan bahwa upacara siap dilaksanakan.
  3. Pembina Upacara mengambil tempat di samping kanan belakang tiang bendera dan Pembantu Pembina berada dibelakang Pembina Upacara dalam bentuk barisan bersaf.
  4. Pembina Upacara melangkah satu langkah, penghormatan dipimpin oleh Pratama dan diikuti seluruh perserta upacara.
  5. Pratama menyerahkan Pasukan kepada Pembina Upacara, dan kembali ke tempatnya/ regunya.
  6. Penurunan Bendera Merah Putih oleh petugas bendera, penghormatan dipimpin oleh Pembina Upacara. (Saat penurun bendera kembali ke tempatnya tidak boleh balik kanan).
  7. Kata arahan dari Pembina Upacara tentang pelaksanaan latihan atau acara latihan berikutnya.
  8. Doa dipimpin oleh Pembina Upacara.
  9. Pasukan diserahkan kepada Pratama, penghormatan kepada Pembina Upacara dipimpin oleh Pratama.
  10. Pembina Upacara meninggalkan lapangan upacara dan mengucapkan terima kasih kepada Pembantu Pembina.
  11. Pratama membubarkan barisan upacara.

SEJARAH BADEN POWELL BAPAK PRAMUKA SEDUNIA


Sejarah Baden Powell yang menjadi Bapak Pramuka Sedunia (Chief Scout of the World) tidak bisa dipisahkan dari sejarah kepramukaan di dunia dan di Indonesia. Selain sebagai pendiri gerakan kepramukaan sedunia, pengalaman Lord Robert Baden Powell lah yang mendasari pembinaan remaja di Inggris yang kemudian berkembang dan diadaptasi sebagai sistem pendidikan kepramukaan di seluruh dunia.
Robert Stephenson Smyth Baden Powell atau Baron Baden Powell I yang kemudian terkenal sebagai Baden Powell, BP, atau Lord Baden Powell, lahir di Paddington, London pada 22 Februari 185. Nama kecilnya Robert Stephenson Smyth Powell. Powell merupakan nama keluarga dari ayahnya, Baden Powell yang merupakan seorang pendeta dan dosen Geometri di Universitas Oxford. Sedangkan Smyth diambil dari nama ibunya, Henrietta Grace Smyth. Ayah Stephenson (Baden Powell) meninggal dunia saat Stephenson masih berusia 3 tahun.
Karena ditinggal mati oleh ayahnya sejak kecil, Robert Stephenson mendapatkan pendidikan watak dan aneka keterampilan dari ibu kakak-kakaknya. Peran ibu bagi Baden Powell bahkan pernah diungkap langsung oleh beliau dengan kalimat, “Rahasia keberhasilan saya adalah ibu saya.”
Sejak kecil Baden Powell dikenal anak yang cerdas, gembira, dan lucu sehingga banyak disukai oleh teman-temannya. Di samping itu Baden Powell pun pandai bermain musik (piano dan biola), teater, berenang, berlayar, berkemah, mengarang, dan menggambar.

Setamat sekolah di Rose Hill School, Tunbridge Wells, Robert Stephenson (Baden Powel) mendapat beasiswa untuk sekolah di Charterhouse. Dan setelah dewasa, Baden Powell bergabung dalam ketentaraan Inggris. Beliau sering ditugaskan di luar Inggris seperti bergabung dengan 13th Hussars di India (1876), dinas khusus di Afrika (1895), memimpin Pasukan Dragoon V (1897), pemimpin resimen di Zulu Afrika Selatan (1880), Kepala Staf di Rhodesia Selatan (sekarang dikenal Zimbabwe) tahun 1896, memimpin The Mafeking Cadet Corps di Mafeking, Afrika Selatan (1899-1900).
Selama menjadi tentara, banyak hal yang dialaminya. Pengalaman itu diantaranya:
1.      Saat menjadi pembantu Letnan pada 13th Hussars yang berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang di puncak gunung serta melatih panca indera kepada Kimball O’Hara.


2.      Bersama The Mafeking Cadet Corp, mempertahankan kota Mafeking, Afrika Selatan, meskipun dikepung bangsa Boer selama 127 hari dalam kondisi kekurangan makan. Padahal The Mafeking Cadet Corp hanyalah pasukan pembawa pesan yang tidak berpengalaman menghadapi musuh.
3.      Mengadakan latihan bersama dan bertukar kemampuan survival dengan Raja Dinizulu di Afrika Selatan.

Berbagai pengalaman tersebut ditulis dalam buku berjudul 'Aids to Scouting' pada tahun 1899. Buku ini sebenarnya merupakan panduan bagi tentara muda Inggris dalam melaksanakan tugas penyelidik. Buku ini kemudian terjual laris di Inggris. Bahkan tidak hanya dibaca oleh para tentara saja tetapi digunakan juga oleh para guru dan organisasi pemuda.
Melihat banyaknya pengguna buku 'Aids to Scouting', dan atas saran William Alexander Smith (Pendiri Boys Brigade; salah satu Organisasi Kepemudaan di Inggris) Baden Powell berniat menulis ulang buku tersebut untuk menyesuaikan dengan pembaca remaja yang bukan dari ketentaraan. Untuk menguji ide-ide barunya, pada 25 Juli - 2 Agustus 1907 Baden Powell menyelenggarakan perkemahan di Brownsea Island bersama dengan 22 anak lelaki yang berlatar belakang berbeda. Hingga pada tahun 1908 terbitlah buku 'Scouting for Boys' yang kemudian menjadi acuan kepramukaan di seluruh dunia.


Tahun 1910, atas saran Raja Edward VII, Baden Powell memutuskan pensiun dari ketentaraan dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal untuk fokus pada pengembangan pendidikan kepramukaan. 
Pada Januari 1912 Baden Powell bertemu dengan Olave St Clair Soames saat di atas kapal dalam lawatan kepramukaan ke New York. Mereka kemudian menikah pada tanggal 31 Oktober 1912. Mereka tinggal di Hampshire, Inggris dan dianugerahi 3 orang anak (satu laki-laki dan dua perempuan), yaitu: Arthur Robert Peter (Baron Baden-Powell II), Heather Grace (Heather Baden-Powell), dan Betty Clay (Betty Baden-Powell).
Tahun 1930-an Baden Powel mulai sakit-sakitan. Pada tahun 1939 Baden-Powell dan Olave memutuskan pindah dan tinggal di Nyeri, Kenya. Hingga pada tanggal 8 Januari 1941 Baden Powell meninggal dan dimakamkan di pemakaman St. Peter, Nyeri.

Semasa hidupnya Baden Powell mendapatkan berbagai gelar kehormatan, termasuk gelar Lord dari Raja George pada tahun 1929. Pun Baden Powell aktif menulis berbagai buku baik tentang kepramukaan, ketentaraan, maupun bidang lainnya. Beberapa buku tentang kepramukaan yang ditulisnya antara lain, Scouting for Boys (1908), The Handbook for the Girl Guides or How Girls Can Help to Build Up the Empire (ditulis bersama Agnes Baden-Powell; 1912), The Wolf Cub's Handbook (1916), Aids To Scoutmastership (1919), Rovering to Success (1922), Scouting Round the World (1935) dll.

SEJARAH SINGKAT KEPRAMUKAAN DI DUNIA

Sejarah Kepramukaan di Dunia tidak bisa terlepas dari Baden Powell. Tentara Inggris yang lahir di London, Inggris pada tanggal 22 Februari 1857 ini lah yang menggagas kegiatan yang dalam sejarah kemudian terkenal dengan kepramukaan atau scouting. Sejarah mencatat bahwa buku Aids to Scouting (1899) yang berisikan pengalaman Baden Powell semasa di ketentaraan menarik minat, dan banyak dibaca, tidak hanya oleh kalangan militer saja melainkan oleh para guru dan organisasi pemuda.

Minat masyarakat terhadap buku  Aids to Scouting yang tinggi membuat  William  Alexander  Smith  (Pimpinan Boys Brigade Inggris) meminta Baden Powell untuk melatih 22 pemuda. Oleh Baden Powell, ke-22 pemuda ini diajak berkemah di pulau Brownsea selama 8 hari pada tanggal 25 Juli - 2 Agustus 1907. Tercatat dalam sejarah, perkemahan tersebut menginspirasi Baden Powell untuk menulis buku 'Scouting for Boys' (1908). Selain diilhami buku-bukunya terdahulu, buku ini juga mendapatkan masukan dan dukungan dari Frederick Russell Burnham (Chief of Scouts in British Africa),  Ernest Thompson Seton dari Woodcraft Indians (Amerika), dan William Alexander Smith dari Boys Brigade.

Kembali, buku ini menjadi laris manis, bahkan di seantero dunia. Buku Scouting for Boysmenjadi rujukan dan pedoman penyelenggaraan kegiatan serupa di seluruh dunia. Kegiatan-kegiatan tersebut yang kemudian dikenal sebagai kepramukaan atau scouting. Kemah di pulau Brownsea dan buku 'Scouting for Boys' dianggap sebagai tonggak awal sejarah kepramukaan di dunia.

A.     Sejarah Kepramukaan Sedunia

Sejarah mencatat bahwa buku “Scouting for Boys” tersebar luas di Inggris dan negara-negara lain. Buku ini menginspirasi berdirinya organisasi kepramukaan di Inggris dan sekitarnya. Sehingga bermunculanlah kegiatan-kegiatan untuk pemuda dengan menerapkan ide-ide Baden Powell. Semula kepramukaan hanya ditujukan bagi anak laki-laki berusia 11 sampai 18 tahun dengan nama Boys Scout.
Tahun 1912 atas bantuan adik perempuan beliau, Agnes berinisiatif mendirikan organisasi kepramukaan untuk wanita dengan nama Girl Guides. Organisasi ini kemudian diteruskan oleh istri Baden Powell.
Tahun 1916 berdiri kelompok pramuka usia siaga dengan nama Cub (anak serigala) dengan buku The Jungle Book karangan Rudyard Kipling sebagai pedoman kegiatannya. Buku ini bercerita tentang Mowgli si anak rimba yang dipelihara di hutan oleh induk serigala.
Tahun 1918 Baden Powell membentuk "Rover Scout" bagi mereka yang telah berusia 17 tahun. Tahun 1922 beliau menerbitkan buku  Rovering To Success  (Mengembara Menuju Bahagia). Buku ini menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh sampannya menuju ke pantai bahagia.
Tahun 1920 diselenggarakan Jambore Dunia yang pertama di Olympia Hall, London. Beliau mengundang pramuka dari 27 Negara dan pada saat itu Baden Powell diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World).  Daftar pelaksanaan Jambore Dunia dapat dilihat di artikel lain di blog ini.
Tahun 1914 beliau menulis petunjuk untuk kursus Pembina Pramuka dan baru dapat terlaksana tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W.F. de Bois Maclarren, beliau mendapat sebidang tanah di Chingford yang kemudian digunakan sebagai tempat pendidikan Pembina Pramuka dengan nama Gilwell Park.
Tahun 1920 dibentuk WOSM atau World Organization of the Scout Movement  (Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia). Sekretariat (kantor pusat WOSM) disebut World Scout Bureau (Biro Pramuka Dunia). Biro Pramuka Dunia pertama kali berlokasi di London, Inggris. Pada tahun 1958 dipindah ke Ottawa Kanada dan tahun 1968 dipindahkan lagi ke Geneva, Swiss.
World Scout Bureau dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal Biro Pramuka Dunia. Saat ini Sekretaris jenderal WOSM dijabat oleh Scott Teare. 
Biro Kepramukaan sedunia mempunyai 5 kantor kawasan yaitu Kawasan Afrika, berkantor di Nairobi, Kenya; Kawasan Arab, berkantor di Kairo, Mesir; Kawasan Asia Pasifik, berkantor di Manila, Filipina; Kawan Eurasia, berkantor Kiev, Ukraina; Kawasan Eropa, berkantor di Jenewa Swiss; dan Kawasan Inter-Amerika, berkantor di Panama City, Panama.
Indonesia bergabung menjadi anggota WOSM sejak tahun 1953. Selain WOSM, di dunia juga terdapat beberapa organisasi kepramukaan lainnya seperti WAGGGS (World Association of Girl Guides and Girl Scouts atau Asosiasi Kepanduan Putri Sedunia).

TUGAS POKOK, TUJUAN, DAN FUNGSI GERAKAN PRAMUKA

Gerakan Pramuka adalah organisasi yang menyelenggarakan pendidikan kepramukaan di Indonesia. Sebagai sebuah organisasi, Gerakan Pramuka tentu memiliki tugas pokok, tujuan, dan fungsi. Tujuan dan fungsi Gerakan Pramuka tersebut secara jelas telah diuraikan baik dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka maupun dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.

Adapun tugas pokok Gerakan Pramuka adalah untuk melaksanakan pendidikan bagi kaum muda di lingkungan luar sekolah. Pendidikan ini untuk melengkapi pendidikan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Pendidikan tersebut dimaksudkan untuk mencapai tujuan Gerakan Pramuka.

Untuk tujuan dan fungsi Gerakan Pramuka diuraikan sebagai mana di bawah.

A.     Tujuan Gerakan Pramuka

Tujuan Gerakan Pramuka adalah untuk membentuk setiap Pramuka agar menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, memiliki akhlak yang mulia, mempunyai jiwa patriotik, taat terhadap hukum, dan disiplin. Selain itu juga pribadi yang menjunjung tinggi nilai keluhuran bangsa Indonesia, serta memiliki dan menguasai kecakapan hidup. Dengan itu semua diharapkan menjadi kader bangsa yang mampu menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekaligus mengamalkan Pancasila, dan melestarikan lingkungan hidup.

Pencapaian tujuan tersebut diharapkan berhasil membentuk kader bangsa sekaligus kader pembangunan di Indonesia yang berkepribadian. Kepribadian tersebut diantaranya adalah beriman dan bertakwa serta berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping tersebut, diharapkan mampu membentuk sikap dan perilaku yang positif, dengan ditandai menguasai keterampilan dan kecakapan serta memiliki ketahanan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik.  Dengan sikap-sikap tersebut akan menjadikan manusia yang berkepribadian Indonesia, yang percaya kepada kemampuan sendiri, sanggup dan mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.

B.      Fungsi Gerakan Pramuka

Di samping tugas pokok dan tujuan di atas, sebagai organisasi Gerakan Pramuka memiliki fungsi. Fungsi Gerakan Pramuka tersebut selaras dengan tugas pokok Gerakan Pramuka. Fungsi Gerakan Pramuka adalah sebagai penyelenggara pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga. Pendidikan tersebut menjadi wadah pembinaan dan pengembangan kaum muda dengan ciri khusus. Ciri khususnya adalah penerapan Prinsip dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan serta Sistem Among dalam pendidikan yang dilakukan Gerakan Pramuka.

Selain sebagai penyelenggara pendidikan nonformal, Gerakan pramuka juga berfungsi sebagai wadah untuk mencapai tujuan  Gerakan Pramuka. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pelbagai usaha yang meliputi :
  1. Pendidikan dan pelatihan Pramuka; 
  2. Pengembangan Pramuka;
  3. Pengabdian masyarakat dan orang tua; 
  4. Permainan yang berorientasi pada pendidikan.

MENGENAL PRAMUKA, GERAKAN PRAMUKA DAN KEPRAMUKAAN

Sudahkah mengenal Pramuka, Gerakan Pramuka, dan Kepramukaan? Ketiga istilah tersebut sudah jamak kita dengar baik oleh para pramuka maupun kalangan di luar pramuka. Namun, jika bersedia jujur, sudahkah kita mengenal dengan benar pengertian dari masing-masing istilah tersebut dan bisa menggunakannya dengan tepat.

Jangankan oleh orang-orang di luar kepramukaan, para  anggota Gerakan Pramuka sendiri masih sering kali kebingungan dalam memberikan definisi yang tepat sehingga tidak jarang salah memberikan arti pada ketiga istilah tersebut.

Marilah kita bahas pengertian masing-masing dari tiga istilah yang sangat familiar di telinga kita ini.

 

A.     Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Daring Edisi III) telah memasukkan kata ‘pramuka’ dan ‘kepramukaan’ di dalamnya. Menurut kamus ini, kedua kata tersebut mempunyai arti sebagai berikut:
pramuka /pra·mu·ka/ n akr Praja Muda Karana; organisasi untuk pemuda yg mendidik para anggotanya dl berbagai keterampilan, disiplin, kepercayaan pd diri sendiri, saling menolong, dsb anggota organisasi pramuka: -- membentuk anak (pemuda) yg masih berkembang menjadi warga negara yg berbudi luhur; pandu;
kepramukaan /ke·pra·mu·ka·an/ n perihal (kegiatan dsb) yg berhubungan dng pramuka

B.      Pengertian Menurut Undang-undang Gerakan Pramuka

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka menjadi dasar pokok penyelenggaraan pendidikan kepramukaan di Indonesia. Di dalam Undang-undang tersebut dinyatakan tentang pengertian ‘pramuka’, ‘Gerakan Pramuka’, ‘kepramukaan’, dan ‘pendidikan kepramukaan’.
Berikut pengertian masing-masing menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka:
Gerakan  Pramuka  adalah  organisasi  yang  dibentuk  oleh  pramuka  untuk  menyelenggarakan  pendidikan kepramukaan.
Pramuka  adalah  warga  negara  Indonesia  yang  aktif dalam  pendidikan  kepramukaan  serta  mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.
Kepramukaan  adalah  segala  aspek  yang  berkaitan dengan pramuka.
Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian,  kecakapan  hidup,    dan  akhlak  mulia pramuka melalui  penghayatan  dan  pengamalan nilai-nilai kepramukaan.