Dunia saat ini tengah memasuki disrupsi digital. Hal-hal yang biasa dilakukan dengan luring (offline) mulai bermigrasi masuk ke dalam jaringan (online). Perubahan ini juga berdampak pada perubahan sosial dan ekonomi masyarakat.
Nahdlatul Ulama sebagai organisasi massa Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia tentu punya ruang terbuka berperan dalam proses tersebut.
"NU harus bisa menjadi komunitas yang terbuka, berkolaborasi dengan pemain-pemain digital," kata Ainun Najib, praktisi digital, kepada NU Online, Kamis (21/3) malam.
Kolaborasi ini menurutnya, akan berdampak positif pada percepatan pertumbuhan dunia digital Indonesia. Pasalnya, dalam konteks Indonesia, jumlah warga NU paling besar di samping mampu berkolaborasi dengan masyarakat umum karena penghormatannya terhadap kemajemukan.
Ainun mencontohkan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sedekah NU (LAZISNU), misalnya, dapat bekerja sama dengan website atau aplikasi crowdfunding. Dengan unicorn, misalnya, guna menarik nahdliyin menawarkan produknya di sana. NU juga, menurutnya, bisa berupaya membantu start-up yang baru dirintis.
"Jadi tidak hanya menjadi pasar, pengguna, tetapi juga sebagian generasi muda NU ikut menjadi pemain digital," ungkapnya.
Pria alumnus Nanyang Technological University (NTU) Singapura itu menjelaskan bahwa membangun ekosistem digital itu bisa mulai dengan mendirikan jaringan komunikasi warganya. Dengan adanya itu, NU bisa bekerja sama dengan platform untuk menyelesaikan kebuntuan kebutuhan nahdliyin.
Sinergitas dan kolaborasi NU ini menghasilkan hal yang positif dan keuntungan di semua pihak, baik NU, nahdliyin, penyedia platform, hingga pemerintah.
"Hanya NU-lah komunitas di nusantara ini yang paling besar dan berwawasan terbuka menerima, menjaga dan melestarikan kemajemukan dan melihatnya sebagai kekuatan yang harus dimanfaatkan," pungkasnya.
Sumber : NU Online